Langsung ke konten utama

METODE CLIA DAN PRINSIP PENINGKATAN KUALITAS DARAH



METODE CLIA DAN PRINSIP PENINGKATAN KUALITAS DARAH DALAM MENGURANGI INFEKSI MENULAR LEWAT TRANSFUSI DARAH

A.    Latar Belakang
Satu tetes darah, satu kantong darah bisa menyelamatkan satu kehidupan, satu nyawa manusia dengan donor darah. Karena itu setiap pendonor diberikan pengetahuan tentang darah, cara menjadi donor darah yang berguna dan proses pengolahan donor darah, syarat donor darah yang baik, seleksi donor, alur donor darah di PMI.
Donor darah diambil pada setiap orang sekitar 250ml, maksimal 450 ml. Darah yang sudah terkumpul di Reagen (kantong darah) biasa didapatkan mobil unit PMI per harinya 600-800 kantung darah yang beredar, belum lagi yang donor darah langsung di PMI. Cukup banyak kalau dilihat dari jumlahnya, namun semua darah itu harus melalui proses skrining IMLTD/Infeksi Menular Lewat Transfusi (pemeriksaan sekorologi darah).
Ada dua metode dalam penyaringan darah yaitu NAT dan CLIA, NAT untuk memeriksa virus dalam darah dan metode CLIA untuk mendeteksi anti bodi dalam darah. Proses IMLTD berlangsung kurang lebih 8-10 jam dan akan menghasilkan komponen darah PRC (darah merah pekat), WB (darah lengkap), TC (trombosit pekat), FFP(fresh frozen plasma) biasanya untuk pasien kanker atau luka bakar, AHF, WE, PRC rendah, Leukosit, Cairan Plasma, Buffy coat.
Adanya pelayanan BPJS Kesehatan maupun Ketenagakerjaan, kini kebutuhan darah meningkat. Sehingga dibutuhkan peningkatan kualitas pelayanan darah tidak hanya kecepatan dan efisensi tapi juga keamanannya. Caranya, screening darah PMI akan menggunakan metoda baru, yakni Chemiluminescence Immuno Assay (CLIA). Sebelumnya PMI melakukan screening darah yang akan diberikan kepada pasien menggunakan metoda enzym linked immuno sorbent assay (Elisa).
Belakangan diketahui metoda CLIA lebih unggul dibanding Elisa ketika dimanfaatkan untuk meneliti kandungan HIV, HCV, HBSAG, dan Siphilis di dalam darah dari pendonor. PMI Kota Magelang telah membuktikan, salah satu dari empat jenis penyakit lolos dari Elisa ternyata ketahuan ketika di-screening menggunakan metoda Clia. Untuk bisa menyaring darah menggunakan metoda Clia dibutuhkan alat modern berharga sekitar Rp 2,5 miliar.
Bagi PMI yang memberikan atau meminta darah tidak ragu atas kualitas darah yang diberikan atau diminta. ‘’Metoda Clia selangkah lebih maju dibanding Elisa. Kita perlu berembuk untuk mendapatkan kesepakatan yang baik,’’kata Direktur UDD PMI Kota Magelang, dokter Panca Kuncoro. Dia menambahkan, dengan Sehubungan dengan itu PMI Kota Magelang sejak 1 Juni menggunakan metoda Clia. Tujuannya untuk meningkatkan mutu layanan transfusi darah.
Karena itu menarik untuk dikaji masalah metode CLIA dalam pemeriksaan darah.

B.     Rumusan Masalah
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami dan mengkaji isi makalah ini, maka dilakukan pembatasan masalah dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah peningkatan kualitas darah untuk mengurangi infeksi menular lewat transfusi darah?
2.      Bagaimanakah prinsip kerja metode CLIA dibandingkan dengan metode ELISA dalam screening darah?

C.    Pembahasan
1.      Peningkatan kualitas darah Lewat Transfusi Darah
Masalah infeksi menular lewat transfusi darah dapat disebabkan oleh 3 sumber, yaitu virus, bakteri, dan protozoa. Dari ke-3 sumber infeksi, virus merupakan penyebab yang paling umum ditularkan melalui transfusi. Virus merupakan bentuk kehidupan yang paling sederhana, dan dapat menginfeksi semua bentuk kehidupan. Contoh virus yang umum adalah virus hepatitis A, virus hepatitis B, immunodeficiency virus ( HIV ), virus campak, virus variella zoster.
Bakteri merupakan sel individu yang memiliki dinding-dinding sel dan kapsul yang mengandung antigen yang dapat menyebabkan timbulnya respon umum. Contoh-contoh bakteri yang umum dan infeksi bakteri :
a.       Treponema pallidum : syphilis
b.      Vibrio chlolerae : cholera
c.       Clostridium tetanii : tetanus
Protozoa merupakan organisme sel tunggal yang umumnya dilapisi oleh membran sitoplasmik.Contoh-contoh infeksi protozoa yang umum :
a.       Spesies Plasmodium : malaria
b.       Spesies Trypanosoma : penyakit tidur.
Selain virus, bakteri dan protozoa, infeksi dapat juga disebabkan oleh jamur. Bila virus, bakteri dan protozoa dapat dibuktikan lewat transfusi darah, tapi jamur tidak dapat dibuktikan.
Kajian tentang peningkatan kualitas darah untuk mengurangi infeksi menular lewat transfusi darah tidak terlepas dari hal-hal berikut ini.
a.       Pelayanan Tranfusi Darah yang Aman
Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdiri dari serangkaian kegiatan mulai dari pengarahan dan pelestarian donor, proses pengambilan darah,pencegahan penulran penyakit, pengamanan, pengolahan darah, pendistribusian darah, penyimpanan darah, pemeriksaan serologi golongan darah dan uji silang serrasi serta tindakan medis pemberian darah kepada resipien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Setiap kegiatan pelayanan transfusi darah harus dikerjakan sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) karena kesalahan yang terjadi pada setiap langkah kegiatan tersebut akan berakibat fatal bagi resipien, dan juga dapat membahayakan pendonor maupun petugas kesehatan yang melaksanakan.
Rangkaian kegiatan ditribusi darah sampai ke pasien/resipien harus dilakukan hanya oleh petugas dengan menggunakan peralatan khusus (coolbox) dan sesuai SPO. Unit Transfusi Darah adalah unit yang berfungsi sebagai pengelolaan penyediaan darah transfusi yang aman, berkualitas dan efektif, mulai dari pengarahan donor darah sukarela resiko rendah sampai dengan pendistribusiannya kepada  rumah sakit. Bank Darah Rumah Sakit merupakan suati unit pelayanan di Rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah yang telah di uji saring dan dalam jumlah yang cukup di Rumah sakit untuk memenuhi kebutuhn tindakan medis transfusi yang aman, berkualitas sebagai pendukung pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Pelayanan transfusi darah aman harus memenuhi beberapa prinsip yaitu:
Ø  Darah berasal dari donor sukarela, sehat dan memenuhi kriteria sebagai donor darah resiko rendah (low risk donor) terhadap tertular penyakit infeksi menular lewat transfusi darah.
Ø  Seluruh proses pengamanan, pengolahan dan peynimpanan serta kualitas bahan habis pakai sesuai standar.
Ø  Distribusi dilakukan dengan rantai dingin oleh petugas yang berwenang serta mengikuti standar prosedur operasional (sistem distribusi tertutup).
Ø  Pemakaian secara rasional, indikasi dan pemilihan komponen berdasarkan analisa medis yang tepat.

b.      Uji Saring bagi Penyebab Infeksi
Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari donor kepada penerima darah. Meskipun demikian, resiko tersebut dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut :
Ø  Seleksi donor secara hati-hati untuk memastikan bahwa darah tidak dikumpulkan dari orang yang mungkin merupakan pembawa infeksi. Membentuk suatu kelompok donor sukarela yang teratur merupakan langkah pertama menuju pasokan darah yang aman dan memadai. Di negara-negara di mana banyak darah dikumpulkan dari keluarga atau donor pengganti, atau dari donor komersial atau profesional, resiko infeksi penularan lewat transfusi lebih besar.
Ø  Uji saring langsung dari darah yang didonasi untuk membuktikan tidak adanya penyebab infeksi.
Ø  Pengambilan komponen khusus dari darah yang dianggap menyembunyikan penyebab infeksi; contohnya , dengan filtrasi darah untuk mengangkat sel darah putih.

c.       Metode Pemeriksaan Uji Saring Darah
Dalam mempertimbangkan masalah penularan penyakit lewat transfusi darah, perlu diingat bahwa seorang donor yang sehat akan memberikan darah yang aman. Donor yang paling aman adalah donor yang teratur, sukarela, dan tidak dibayar. Jelasnya bahwa para donor yang beresiko terhadap penyakit infeksi harus didorong agar tidak menyumbangkan darahnya.
Beberapa hal yang perlu diingat :
Ø  Ada resiko penularan penyakit infeksi jika darah yang diberikan tidak diuji saring sebelum darah tersebut ditransfusi.
Ø  Donor yang beresiko terhadap suatu infeksi dapat juga membawa penyebab infeksi lainnya yang dapat ditularkan, seperti sifilis, virus hepatitis B atau HIV.
Ø  Pengumpulan darah dari donor yang terinfeksi akan membuang-buang waktu, tenaga dan dana.
Ø  Jika banyak donasi dengan positip ditemukan, jumlah uji saring ulangan dan uji saring konfirmasi yang diperlukan akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan keseluruhan biaya pengujian kualitas darah.
Terdapat tiga jenis utama dari uji saring yang tersedia untuk mendeteksi penyebab infeksi:
Ø  Uji cepat khusus ( Rapid Test )
Ø  Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay ( ELISA/EIA ) : Uji ELISA
Ø  Uji aglutinasi partikel
Perlu dicatat bahwa singkatan ELISA sering diganti dengan singkatan EIA ( Enzyme Immuno Assay ).

2.      Metode CLIA dalam Meningkatkan Kualitas Darah
CLIA (chemiluminescence immunoassay) adalah sebuah tipe immunoassay. Immunoassay adalah sebuah tes biokimia yang mengukur konsentrasi suatu substansi dalam cairan, biasanya berupa serum darah atau air seni dengan melihat reaksi antibodi terhadap antigennya. Ada beberapa tipe immunoassay: enzyme immunoassay (EIA), radioimmunoassay (RIA), magnetic labels (MIA), Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
Apakah CLIA sama dengan ELISA? Tidak, karena mereka memeriksa dengan menggunakan substansi yang berbeda untuk mendeteksi. Namun, semua metode yang disebutkan di atas (termasuk CLIA), hasilnya dapat diandalkan.
Enzyme dan chemiluminescent immunoassay saat ini merupakan metode pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk tujuan diagnostik atau uji saring infeksi menular lewat transfusi Darah (IMLTD) pada darah donor.
a.       Prinsip kerja  CLIA
Metoda CLIA dalam uji saring darah menggunakan substrat chemiluminescent yang bereaksi dengan berbagai enzim yang digunakan untuk menandai. Reaksi chemiluminescence enzimatik menghasilkan cahaya. Sistem saat menggunakan derivatif dari luminol dengan peroksidase dan H2O2 (atau sistem enzimatik lainnya yang menghasilkan H2O2, seperti oksidase glukosa atau uricase) ditambah penambah (turunan dari fenol, seperti p-iodofenol), yang meningkatkan emisi cahaya sampai 2.800 kali.
Reaksi luminol oksidatif mungkin menandakan pertumbuhan jumlah gangguan spesifik. Sistem lain menggunakan turunan dari alkaline phosphatase dan adamantyl dioxetane, AMPPD, yang tidak memerlukan emisi cahaya dari molekul lain, berbeda dengan luminol membutuhkan senyawa oksidatif. AMPPD substrat adalah panel dari kelompok adamantyl sebagai stabilizer dari seluruh molekul, link dioxetane sebagai sumber energi, ester fosforil sebagai situs untuk belahan enzimatik dan kelompok fenil untuk chemiluminescence. substrat baru ini dimungkinkan pengembangan tes yang sangat sensitif tes RIA sensitivitas superior (~ 0,1 pg / mL)
Tes immunochemical dalam uji saring darah dengan deteksi oleh electrochemiluminiscenta didasarkan pada penggunaan kompleks ruthenium (II) tris (bipyridyl) [Ru (BPY) 3] 2+ dengan tripropylamine (TPA) yang menghasilkan cahaya sehubungan dengan siklus elektrokimia reaksi reduksi oksidasi : Ru (BPY) 32+ memiliki situs reaktif untuk konjugasi dengan analit. Ini digunakan untuk mengaktifkan agen, seperti N-Hydroxysuccinimide (NHS). Karena agen dapat dengan mudah digabungkan dengan kelompok amino dari protein, haptens atau asam nukleat. Hal ini dimungkinkan untuk menerapkan teknologi dalam berbagai analit.
Emisi cahaya dimulai dengan menerapkan kompleks imun tegangan listrik (termasuk Ru kompleks) yang melekat pada mikropartikel dilapisi streptavidin. Keuntungan dari listrik memulai reaksi chemiluminescent adalah bahwa seluruh reaksi dapat tepat dikontrol. Ada tiga prinsip metode:
1.      The "sandwich" sampel pasien awal dicampur dengan Ac Ac ditambah dengan biotin dan diberi label dengan Ru (konjugat); Setelah inkubasi campuran dilapisi mikropartikel paramagnetik menambahkan streptavidin (fase padat); Setelah inkubasi kedua campuran reaksi disedot ke dalam sel pengukuran, dan konjugasi gratis dihapus; masih menggunakan listrik untuk merangsang ruthenium dan menghasilkan sinyal yang akan memungkinkan deteksi kompleks Ag-Ab; jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah Ag dalam sampel;
2.      Prinsip Kompetitif: spesimen awal yang dicampur dan Ag ditambah dengan biotin; Setelah inkubasi pertama menambahkan Ac terkonjugasi dengan Ru kompleks dan dilapisi streptavidin mikropartikel paramagnetik; Ac terkonjugasi pasangan dengan situs masih kosong dari terbiotinilasi Ag, dan seluruh mikropartikel kompleks mengikat interaksi streptavidin-biotin melalui; Setelah inkubasi kedua campuran reaksi dilewatkan ke dalam sel pengukuran; kompleks imun magnetik bergerak pada permukaan elektroda dan komponen terikat dihapus dengan mencuci; Reaksi chemiluminescence dirangsang secara elektrik, dan jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding terbalik dengan konsentrasi Ag dalam sampel;
3.      The "bridging" mirip dengan "sandwich", tetapi dimaksudkan untuk mendeteksi Ac dan termasuk Ag dan Ag-label terbiotinilasi Ru.

b.      Prinsip kerja CLIA dengan AIA (ELISA)
Prinsip EIA dan CLIA adalah sama. Perbedaannya hanya dalam model deteksi dari kompleks imun yang terbentuk, yakni terbentuknya warna pada EIA dan pengukuran cahaya yang terbentuk oleh reaksi kimia pada CLIA.
Sistem reseptor ELISA dan EIA mengukur konsentrasi substansi sangat rendah hingga beberapa nanograms (10-9 gram). Sensitifitas ini tidak cukup untuk mendeteksi beberapa substansi dan metode alternatif yang telah ditemukan salah satunya adalah CLIA yang mana dapat mengukur konsentrasi dalam femtogram. CLIA bergantung pada deteksi sinar yang dipancarkan dan diasosiasikan dengan penghilangan energy dari substansi elektronik sebagai akibat reaksi elektrokimia. Sebuah contoh dari bekas chemiluminescent adalah ester konjugasi dari acridinium, terhadap protein, polipeptida, dan molekul organic lainnya.
CLIA hampir sama dengan teknik EIA dan ELISA kecuali bahwa pengujian enzim reseptor akhir digantikan dengan bekas chemiluminescent diikuti oleh pengukuran dari emisi cahaya sebagai akibat dari reaksi kimia.
EIA, dengan sensitifitas yang tinggi akan mendeteksi petanda target dari infeksi. Reagen yang telah dievaluasi dengan baik untuk tujuan diagnostik maupun uji saring harus memenuhi standar. EIA dan CLIA cocok untuk pemeriksaan sampel dalam jumlah besar dan membutuhkan beberapa peralatan khusus. Pemeriksaan ini bisa dikerjakan secara manual atau sistem otomatik yang spesifik (sistem tertutup).
EIA dan CLIA mempunyai solid phase yang berbeda untuk melakukan imobilisasi terhadap antigen atau antibodi. Umumnya solid phase yang digunakan adalah:
Ø  Bagian dasar atau sisi dari microwell polystirene
Ø  Bagian permukaan dari polystyrene atau bahan lain
Ø  Microparticle
Ø  Permukaan dari alat disposable khusus yang digunakan pada sistem reagen otomatik, bervariasi tergantung pabrik, namun umumnya polystyrene.

D.    Kesimpulan
Meningkatkan kualitas darah lewat transfusi darah untuk mengurangi infeksi menular meliputi kegiatan pelayanan pelayanan tranfusi darah yang aman, uji saring bagi penyebab infeksi dan metode pemeriksaan uji saring darah.
Metode CLIA (chemiluminescence immunoassay) adalah sebuah tipe immunoassay yaitu sebuah tes biokimia yang mengukur konsentrasi suatu substansi dalam cairan. Biasanya substansinya berupa serum darah atau air seni dengan melihat reaksi antibodi terhadap antigennya. Metode CLIA bergantung pada deteksi sinar yang dipancarkan dan diasosiasikan dengan penghilangan energi dari substansi elektronik sebagai akibat reaksi elektrokimia.
Metode CLIA bila dibandingkan dengan metode ELISA lebih unggul karena sistem reseptor ELISA dan EIA mengukur konsentrasi substansi sangat rendah hingga beberapa nanograms (10-9 gram). CLIA dapat mengukur konsentrasi substansi dalam femtogram. Prinsip EIA dan CLIA adalah sama. Perbedaannya hanya dalam model deteksi dari kompleks imun yang terbentuk, yakni terbentuknya warna pada EIA dan pengukuran cahaya yang terbentuk oleh reaksi kimia pada CLIA. Dimana teknik pengujian enzim reseptor akhir pada EIA digantikan dengan bekas chemiluminescent diikuti oleh pengukuran dari emisi cahaya sebagai akibat dari reaksi kimia. EIA dan CLIA mempunyai solid phase yang berbeda untuk melakukan imobilisasi terhadap antigen atau antibody.













Daftar Pustaka
1.      Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah Depkes. Modul 2 : Uji saring untuk Penyakit Infeksi
2.      Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah UTD PMI Pusat : Buku 4 (Lampiran ). Kegiatan Unit Transfusi Darah Penanganan Donor dan Kepuasan Pelanggan.
3.      http://www.sfatulmedicului.ro/profile-analize/metode-automate-de-determinare-a-markerilor-imunologici-74
4.      http://kimiaunipa.blogspot.co.id/2010/06/aplikasi-klinik-enzim.html
5.      http://spiritia.or.id/tj/bacatj.php?tjno=09112101
6.      http://joevha.blogspot.co.id/2011/06/makalah-tentang-perlayanan-tranfusi.html
7.      http://medilinux.blokspot.com/2009/2/koplikasi-transfusi-darah.html
8.      http://analisqmateri.blogspot.co.id/2010/09/mikrositik.html

Komentar

  1. Casino Archives - Dr. McD
    We've 거제 출장안마 also found another slot machine game that's been in the 성남 출장샵 works since 2009. This time around, 공주 출장마사지 we've got a 상주 출장샵 selection of old 의왕 출장마사지 slot machines from the

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGGUNAAN METODA CLIA DAN SISTEM ADVIA CENTAUR XP

MANFAAT DAN KELEBIHAN PENGGUNAAN METODA CLIA DAN SISTEM ADVIA CENTAUR XP SERTA ADVIA CENTAUR CP DALAM PEMERIKSAAN DARAH A.     Latar Belakang Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari donor kepada penerima darah. Meskipun demikian, resiko tersebut dapat dikurangi dengan cara seleksi donor secara hati-hati, uji saring langsung dari darah yang didonasi dan pengambilan komponen khusus dari darah yang dianggap menyembunyikan penyebab infeksi; contohnya , dengan filtrasi darah untuk mengangkat sel darah putih. Tidak semua penyebab infeksi dapat dideteksi secara langsung pada darah yang didonasi. Dalam uji saring darah biasanya dicari antibodi spesifik yang melawan pembawa infeksi. Dalam kasus-kasus tertentu, suatu darah tidak terinfeksi tetapi pada kasus-kasus lain darah tersebut masih bisa menularkan infeksi. Beberapa organisme memiliki sifat kelatenan yaitu menjadi aktif kembali bila waktu dan kondisi memungkinkan. Meskipun anti

TEKNIK TERAPI REALITAS

TEKNIK TERAPI REALITAS Terapi dalam dunia kedokteran dewasa ini menjadi alternatif atau perlakuan medis bersifat khusus atau tambahan. Namun demikian sangat direkomendasikan karena beberapa kelebihan yang dimiliki dan resiko yang lebih kecil. Karena itu penting untuk memahami seluk beluk terapi realitas. A.     Pengertian Terapi Realitas   Terapi realitas adalah suatu sistem psikoterapi yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental (Corey, 2010). Terapi realitas dikembangkan oleh William Glasser (1965) yang berpandangan bahwa semua manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kedua kebutuhan ini digabung menjadi satu